Kamis, 31 Mei 2012

Renungan tentang Kehidupan Berumah Tangga


Thu, 22 Jan 2009 20:23:48 -0800
Ada anggota milis yang suka baca "Oh Mama, oh Papa"-nya Majalah Kartini?
Jika lama nggak baca boleh nich kisah yang di bawah ini buat selingan dan mawas diri.


PEREMPUAN YANG  DICINTAI  SUAMIKU

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2 x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang
kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah
romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2
seperti itu sebagai ungkapan sayang. Kami jarang ngobrol sampai malam, kami
jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua di luar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan
Anak-anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat
mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh
kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan-akan waktu berhenti
berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. Lima bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan  mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat-ingat  5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario,  setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa  menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena  Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara  riangnya,

"Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uhh... dasar anak nakal, sini piringnya," lalu dia terus mengajak Mario  bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba  saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu
manis, dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak-anak, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton. Kali lain, dia  datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu-lucu.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? Karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti Jakarta, aku tidak pernah menyangka,
Hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian. Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya  keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password  email Papa nya, dan memanggilku, "Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?"
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu.

Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku,  aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak-anakku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh-sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik-konflik  terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon-pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan-hutan  belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang
lain dan aku adalah laki-laki  yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

Yours, Mario

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru
berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan
menyayangiku. Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari
untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari
bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan
tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa  uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak-anakku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman-temanku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang
perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? Itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah  dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.



Setahun kemudian...

Meisha membuka amplop surat-surat itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

"Mario, suamiku,
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di
kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.

Ternyata aku keliru ... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita.
Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario. Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, "kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?"

Aku tidak perduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia
bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu, Rima"

Di surat yang lain,

"... Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha ...."

Di surat yang kesekian,

"... Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah-marah padamu, aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan  selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu
tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur di samping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah. Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu di sampingnya.

Di surat terakhir, pagi ini...

"... Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu
pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor. Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda  cinta mulai bersemi dihatimu?"

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

"Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah  kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi ... aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante,  aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak." Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar. Inikah tanda-tanda  aku mulai mencintainya?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu  dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku.

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk di samping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah  pergi meninggalkan kita.

Jakarta, 7 Januari 2009  (dedicated to my friend....may you rest in peace...)


Hari ini sebelum kita mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berkata-kata sama sekali.

Sebelum mengeluh tentang suami atau isteri anda, Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

Dan disaat kita letih dan mengeluh tentang pekerjaan, Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita.

Sebelum kita menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Dan ketika kita sedang bersedih dan hidup dalam kesusahan, Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kita masih hidup!

[Porsenipar]  Wanita yang Dicintai Suamiku.... jaerony

Opini Tentang Kecerdasan


21 May 19:54


Mitos dan Fakta Kecerdasan Orang Yahudi



Stephen Carr Leon menghabiskan masa 3 tahun di Israel untuk menjalani housemanship di beberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “ Mengapa Yahudi Pintar? ”

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri? (Pertanyaan yang sama dalam benak saya, kenapa setiap orang sukses tak lepas dari bangsa Yahudi lagi, bangsa Yahudi lagi!) 
Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Dengan tekadnya yang bulat maka dimulailah pengamatannya itu.


Masa Kehamilan sang Ibu
Begitu wanita Israel yang mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung anak, maka langsung sang ibu tersebut sering bernyanyi dan bermain piano dan juga membeli buku matematika. Bermain piano dan bernyanyi bertujuan untuk mem-pengaruhi suasana hati bawaan si bayi tersebut ketika lahir. Dengan bernyanyi dan bermain piano,maka sang ibu akan merasakan ketenangan. Diharapkan sang bayi akan memiliki karakter bawaan yang tenang dan berfikir matang ketika meng-hadapi masalah hidup nantinya. Sedangkan mengerjakan soal matematika bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan otak bayi yang ada dalam kan-dungannya.



Agar Anak Mereka Terlahir dengan Otak Jenius
Para ibu Yahudi yang tengah mengandung, terus menerus mengerjakan soal matematika yang ada sampai tiba saat melahirkan. Kadang mereka mengerjakan bersama suaminya dan bertanya kepada saudara-saudaranya bila ada soal yang terasa sulit. Artinya, mereka tidak melatih kecerdasan otak anak mereka dari kecil, dari balita, dari umur 3 bulan, tapi dari sejak di dalam kandungan!


Sebuah Perencanaan yang Mendalam Sekali!



Cara Makan
Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala (sekali lagi, tanpa kepala!) bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. (Sama seperti kebiasaan orang Jepang yang jenius juga dalam kerajinan memakan daging ikan).



Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. Menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan. Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),” ungkapnya.



Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam. Mereka juga akan makan buah-buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.

Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah. Ternyata makan buah dahulu baru nasi, akan menyebabkan buah busuk. Karena proses pencernaan makanan di dalam perut kita itu memakan waktu yang lama. Sehingga akan membuat buah mengalami antrian yang panjang sampai akhirnya dia keburu busuk duluan. (Pernah membiarkan apel yang sudah terkelupas khan? Lama-lama akan kuning dan bisa membusuk khan? Itu hanya didiamkan dan terkena udara loh…bagaimana kalau dicampur olahan makanan di dalam perut kita? Sudah pasti busuk duluan sebelum dapat diproses. Jadi istilah “makan buah setelah makan nasi” sebagai pencuci mulut itu SALAH. Makan buah sebelum makan nasilah yang benar, bukan setelah makan nasi. Percuma. )



Anak-anak Yahudi 
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). Kacang Badam = Kacang Almond, atau Buah Almond, mirip dengan Buah Persik dan Aprikot, hanya saja daging buahnya dibuang saat dipanen, sehingga hanya menyisakan bijinya, karena itu disebut sebagai kacang.



Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata-rata mereka memahami tiga bahasa: Hebrew, Arab dan Inggris. (Ternyata mempelajari sesuatu yang baru itu menyeimbangkan kedua belah otak kita. Contohnya ya seperti mempelajari bahasa yang berbeda -beda). Sejak kecil pula mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.



Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
Musik yang mereka dengarkan ya musik yang bisa menambahkan kecerdasan otak mereka. Yaitu musik yang lagak-lagak bethoven gitu deh.



Masa Kanak-kanak 
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!” katanya. Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi, olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.



Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.
Saya pernah membaca buku (saya lupa judulnya) yang mengatakan: kalau anak-anak yang jago dalam hal olahraga, biasanya mereka mempunyai kemampuan mengambil keputusan yang cepat, karena otak mereka terlatih bergerak cepat, terlepas dari bagus atau tidaknya prestasi mereka di sekolah.



Sekolah Tinggi
Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius. Apalagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi. Satu lagi yang diberi keutamaan ialah fakultas ekonomi. Dr.  Stephen Carr Leon sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi.

Di akhir tahun di universitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek, dan mereka harus mempraktikkannya. Anda hanya akan lulus jika tim Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!



Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya. Entrpreneurship dan networking digelorakan. Oh iya. Merokok bagi mereka adalah sesuatu yang tabu. Bila Anda diundang makan di rumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.

Menurut ilmuwan Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh). Suatu penemuan dari saintis gen dan DNA Israel. smoking-kills-gun-l Jadi merokok merupakan sesuatu yang kejam dan menjijikan bagi orang Israel! Perbuatan terkutuk dan kejam bagi mereka mungkin. Karena bukan saja merusak gen untuk keturunannya, tapi juga merusak gen orang-orang yang ikut menghirupnya.



Mari kita bersama-sama simpulkan kenapa bangsa Yahudi bisa sangat amat sangat cerdas sehingga bisa menguasai dunia, baik dari segi kepintaran, teknologi, maupun perekonomian. Melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses dan ketekunan dalam membina generasi penerus.

(kesimpulan Dr Stephen Carr Leon). Sumber: http://geo-geo22.blogspot.com/

Selasa, 01 Mei 2012

Inspirasi Ide Penulisan Tajuk Rencana





Kamis, 17 November 2011 , 05:52:00

Nyaris Ditabrak Iringan Jenazah, Eh, Dapat Tulisan Bagus



Banyak kisah menarik ketika Dahlan Iskan memulai karier jurnalistiknya di Samarinda. Seorang sahabat dekatnya, Aan R Gustam, menuturkan pengalamannya bersama Dahlan Iskan ketika menjadi wartawan di Mingguan Mimbar Masyarakat.

AAN R GUSTAM*, Samarinda


SUATU siang di Samarinda pada 1976, Dahlan Iskan sedang mengendarai sepeda pancalnya. Sembari mengayuh menuju kantornya di bibir Sungai Mahakam, Dahlan melamunkan hasil wawancara dan berita yang akan dibuatnya.

Ketika itu, wartawan Mimbar Masyarakat ini baru selesai mewawancarai seorang pejabat di Balai Kota Samarinda. Di saat melintasi Jalan Diponegoro, iringan orang yang membawa keranda berisi jenazah menuju ke arahnya. Zikir dari puluhan mulut yang mengiringi jenazah rupanya tidak terdengar oleh Dahlan. Bahkan teriakan beberapa orang supaya dia menepi juga tidak didengarnya. Dahlan tetap asyik memikirkan rencana judul dan lead berita yang akan ditulisnya. Ketika mereka hampir berpapasan, salah seorang yang marah mengejar Dahlan dan memepetnya sambil berteriak, “Minggir..! minggir…!” Dahlan yang terkejut, kehilangan keseimbangan lalu terjerembab ke dalam parit plus ditindih sepedanya.

Dahlan kesal. Tapi ternyata dia tidak marah. “Saya malah jadi gembira dengan kejadian itu karena akhirnya memperoleh ilham untuk sebuah tulisan,” ucapnya. “Ketika itu, saya benar-benar sumpek karena belum punya bahan tulisan untuk rubrik Tajuk Rencana,” ceritanya lagi. Maka, hari itu Koran Mimbar Masyarakat menurunkan Tajuk Rencana berjudul: “Sudah Saatnya Samarinda Punya Mobil Jenazah”.

Itu supaya masyarakat bisa memanfaatkannya dan tidak lagi berjalan kaki mengusung keranda di tengah keramaian lalu lintas, tulis Dahlan.
                                                                                                                               ***
DAHLAN Iskan ke Samarinda pada 1969. Usianya ketika itu masih 19 tahun. Di Kota Tepian, Dahlan sebenarnya ingin melanjutkan studinya. Di sini, tinggal kakak perempuannya yang menjadi guru agama. Ternyata kuliahnya berantakan. Dia malah asyik menggeluti dunia kewartawanan. Di Institut Agama Islam Negeri di Samarinda, Dahlan sempat tiga tahun kuliah. Dia juga tiga tahun belajar di Universitas 17 Agustus 1945, Samarinda. “Kalau dijumlah ‘kan jadi 6 tahun. Jadi saya ini sarjana juga,” selorohnya.

Sekitar tiga tahun di Samarinda, rambut Dahlan sudah gondrong. Padahal, dia keluaran pesantren dan aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) yang terkenal militan.

Bakat jurnalistiknya semakin menonjol ketika ia berpolemik seru dengan wartawan senior Yunani Prawiranegara tentang rambut gondrong yang gencar dirazia aparat keamanan. Waktu itu, Dahlan sudah menjadi wartawan di Mingguan Mimbar Masyarakat Samarinda, pimpinan Sayid Alwy AS.

Yunani sebenarnya guru jurnalistik Dahlan. Tapi Dahlan tidak peduli. Dalam polemik itu, Dahlan tampil mewakili anak muda berambut gondrong yang merasa hak asasinya dirampas. Tentu saja dia juga mewakili dirinya sendiri. Ketika Dahlan pindah ke Surabaya, dua tahun kemudian Yunani juga ke Surabaya dan menjadi redaktur di Surabaya Post.
                                                                                                                               ***
MAJALAH Tempo menugaskan Dahlan Iskan pindah ke Surabaya untuk menjadi Kepala Biro Jawa Timur. Setelah mengikuti program magang Mimbar Masyarakat (Dahlan Iskan dikirim ke Tempo selama tiga bulan), dia pun direkrut majalah tersebut. Waktu itu, tawaran ke Surabaya diterimanya dengan agak ragu. Ini adalah promosi luar biasa. Dari wartawan biasa di Samarinda melejit menjadi kepala biro di Surabaya pada 1978.

Tahun-tahun itu, ada lima koresponden Majalah Tempo yang sangat potensial dan harus segera diberi posisi yang memadai. Kelimanya pun akhirnya menjadi kepala biro. Mereka adalah Putu Setia yang menjadi jadi kepala Biro Jogja, Rida K Liamsi (Riau), Sinansari Ecip (Makassar), Zakaria M Passe (Medan), dan Dahlan Iskan (Surabaya).

Dahlan memang berambisi meningkatkan karier jurnalistiknya. “Tapi Jawa Timur itu luas sekali. Seluk-beluk Surabaya saja saya tidak begitu tahu. Apa bisa sukses di sana,” kata Dahlan kepada saya. Meski Dahlan orang Jawa Timur kelahiran Takeran, Magetan, tapi tidak pernah ke mana-mana. “Di Surabaya itu yang saya tahu, ya Pelabuhan Tanjung Perak ketika naik kapal laut ke Samarinda,” katanya lagi.

Sepeninggal Dahlan ke Surabaya, saya menggantikan posisinya menjadi wartawan Majalah Tempo di Samarinda. Karena kesibukan saya di bisnis lain, posisi itu dipercayakan kepada Rizal Effendi (kini Wali Kota Balikpapan).

Dahlan, sejak di Samarinda adalah sosok ulet dan pekerja sangat keras. Kalau sudah asyik dengan pekerjaannya, dia jadi tidak peduli, bahkan terhadap dirinya. Otaknya selalu dijejali ide-ide yang bisa muncul kapan dan di mana saja. Dari sorot matanya yang tajam seperti tak henti-hentinya berpikir. Ia sangat mencintai profesinya yaitu dunia pers. (bersambung/ji)

*) Aan R Gustam cukup lama bersama Dahlan Iskan di Surat Kabar Mimbar Masyarakat di Samarinda. Pernah menjadi redaktur pelaksana di Surat Kabar Harian ManuntunG (sekarang Kaltim Post).